EKSPOR-TV-TAMPILAN-HOME-2.png
Home » Corporate Incubator

Share This Post

BERITA / Featured news / News / Tajuk Utama

Corporate Incubator

Beragam jenis tanaman dengan bunga beraneka warna dan rupa membuat suasana rekaman podcast Arrbey di Desa Ngrajek - Magelang Jawa Tengah menjadi semakin eksotis. Areal podcast kami tersebut memang keren, sehingga kami merasa ‘tidak rugi’ menempuh perjalanan darat lebih hampir 9 jam dari Malang tempat episode sebelumnya direkam.

Dr. Handito Joewono
Chief Strategy Consultant ARRBEY
handito@arrbeyconsulting.com
www.arrbeyconsulting.com

Beragam jenis tanaman dengan bunga beraneka warna dan rupa membuat suasana rekaman podcast Arrbey di Desa Ngrajek – Magelang, Jawa Tengah menjadi semakin eksotis. Areal podcast kami tersebut memang keren, sehingga kami merasa ‘tidak rugi’ menempuh perjalanan darat lebih hampir 9 jam dari Malang tempat episode sebelumnya direkam.

Areal persawahan di Ngrajek tadi dikelola dengan apik dengan memasukkan prinsip-prinsip pengelolaan tanaman organik. Bahkan ikan-ikan yang berenang di kolam di sebelah sawah tetap bisa hidup dengan riang.

Sawah dan tanaman di area organik tersebut tidak menggunakan pestisida sehingga airnya yang meluber ke kolam tidak membuat ikan tercemar, begitu pula tanaman di situ menampilkan kesegaran daun dan bunga yang lebih alami.

Saya tidak bermaksud menulis tentang bagaimana bercocok tanam. Sebagai alumni IPB, wajar saja kalau saya sering terobsesi pada tanaman, tetapi saya tidak kompeten membahas ilmu bercocok tanam.

Dengan ilustrasi tanaman tadi, saya ingin mengajak pembaca ‘berkelana’ mencari cara mengakselerasi penumbuhkembangan korporasi di era pasca pandemi.

Sudah saatnya perusahaan ‘kejar setoran’ mengakselerasi pertumbuhan bisnis yang tersendat dan bahkan merosot selama era pandemi Korona dua tahun terakhir. Bagaimana caranya?

Role of Corporate Entrepreneur

Saya ingat pernah menulis di Managers’ Scope tentang Corporate Entrepreneurship (CE) beberapa tahun lalu, ketika minggu lalu menjadi penguji luar komisi pembimbing bagi mahasiswa Program Doktor dan Manajemen Bisnis di Sekolah Bisnis IPB yang penelitiannya tentang corporate entrepreneurship.

Sangat bermanfaat penelitian tentang CE di era menjelang pasca pandemi. Dan berita baiknya, berdasar penelitian Dr. Indra Wahyudi tersebut, corporate entrepreneurship bisa ditumbuhkan.

Di era pasca pandemi dengan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan tumbuh pesat, banyak pemimpin perusahaan justru sedang galau karena tidak cukup ada gairah dari dalam perusahaannya untuk bisa digerakkan menggapai sasaran lebih besar.

Tidak hanya karena tim-nya sudah terlanjur ‘keenakan’ WFH saat pandemi sehingga ketika diminta lagi ‘kerja beneran’ banyak yang ogah-ogahan, tetapi lebih strategis lagi, perusahaan seperti sedang lesu inisiasi, kreasi dan inovasi yang sangat dibutuhkan oleh korporasi agar terjadi speed recovery.

Memang tidak bisa diharapkan seluruh personil perusahaan punya corporate entrepreneurship tinggi. Selalu hanya ada beberapa personel perusahaan yang mempunyai entrepreneurship atau gairah menumbuhkembangkan bisnis baru, yang biasa disebut sebagai corporate entrepreneur.

Seorang corporate entrepreneur merasa, berpikir dan bertindak seperti layaknya entrepreneur meskipun yang bersangkutan adalah personel perusahaan. Lalu bagaimana kita bisa menumbuhkembangkan corporate entrepreneur?

Menumbuhkan Corporate Entrepreneur

Corporate entrepreneur bisa ditumbuhkan secara alami, seperti layaknya bunga-bunga yang tampil lebih dominan di Ngrajek. Boleh dikata ‘cukup hanya’ disediakan ekosistem organik nan asri akan lahir bunga-bunga yang lebih eksotis.

Demikian pula di perusahaan tertentu dengan ekosistem yang tepat akan lahir corporate entrepreneur secara alami.

Tentu jumlah yang kategori ini tidak banyak, dan karenanya perlu dilakukan upaya sistematis untuk menumbuhkembangkan corporate entrepreneur, yang pada beberapa perusahaan besar dunia diakselerasi dengan pembentukan Corporate Incubator.

Astra Zeneca Incubator yang didirikan tahun 2018 terbukti efektif mengakselerasi inovasi-inovasi di induk perusahaannya yaitu Astra Zeneca, khususnya di industri farmasi dan biotech.

Astra Zeneca Incubator yang terlahir hanya beberapa bulan sebelum pandemi Corona juga memberi imbas positif sehingga Astra Zeneca menjadi salah satu penyedia vaksin COVID-19 pertama di dunia.

Demikian pula Digital Garage yang didirikan perusahaan asuransi Aviva yang pada awalnya dimaksudkan untuk meningkatkan digitalisasi di perusahaan induk telah berkembang menjadi corporate incubator yang efektif dan berkarya besar sehingga memberi nilai tambah besar bagi Aviva.

Nestle mengembangkan corporate incubator yang diberi nama InGenius untuk mengefektifkan pengembangan entrepreneurship culture di dalam perusahaan dengan menyediakan kesempatan lebih leluasa bagi karyawan untuk mengembangkan ide menjadi bisnis.

Dengan memberi kesempatan sekitar enam bulan untuk menginkubasi ide menjadi bisnis dengan membangun mentalitas “fail smartly”, menjadikan InGenius sebagai wahana pengembangan inisiasi, kreasi dan inovasi sebagai pilar corporate entrepreneurship.

Tentu saja yang dianggap paling fenomenal pada penumbuhan corporate entrepreneurship melalui corporate incubating adalah apa yang terjadi di Google. Belum jelas, apakah perubahan nama Google Inc menjadi Meta akankah mengubah orientasi corporate entrepreneurship-nya.

Dengan memperhatikan pengalaman beberapa perusahaan global mengembangkan corporate incubator untuk mengakselerasi lahirnya corporate entrepreneur di perusahaan dan disesuaikan dengan lingkungan bisnis di Indonesia, setidaknya ada lima langkah yang perlu dilakukan untuk mempercepat pembentukan dan mengefektifkan Corporate Incubator (CI) di korporasi di Indonesia yaitu:

Membangun Kesadaran Bersama

    CI bukanlah sesuatu yang ada di luar perusahaan. CI adalah bagian dari korporasi. CI dibentuk sebagai hasil dari proses penyadaran bersama bahwa perusahaan perlu melakukan perubahan cepat agresif dari dalam perusahaan untuk membuat perusahaan mampu menghadapi perubahan besar atau disrupsi di industrinya. Karenanya kelahiran CI haruslah dikondisikan sebagai kebutuhan utuh yang bisa diterima oleh segenap unsur dan level di perusahaan, khususnya di tingkat shareholder dan management.

    Menetapkan Fokus Bisnis

      CI haruslah berorientasi bisnis. CI bukan ‘buang- buang duit’. CI bukanlah riset untuk riset. Program matching fund dalam lingkup Kampus Merdeka yang sedang digalakkan oleh Diktiristek di Kemendikbudristek RI merupakan contoh massal yang patut diapresiasi bagaimana riset diarahkan untuk pengembangan bisnis bahkan di lingkungan perguruan tinggi. Apalagi di tingkat korporasi, riset yang menjadi salah satu pilar kegiatan CI haruslah difokuskan pada bisnis tertentu yang disepakati di internal manajemen CI dan korporasi induk.

      Merumuskan Sasaran Besar

        Pembentukan dan pengembangan CI haruslah bersasaran besar. Tidak perlu ‘repot-repot’ mendirikan CI kalau hanya bersasaran ala kadarnya, apalagi kalau hanya untuk gaya-gayaan. CI serupa dengan startup company haruslah punya sasaran besar yang hendak dicapai dalam jangka waktu relatif cepat dengan mengoptimalkan teknologi.

        Membentuk Tim Khusus

          Dibutuhkan beberapa ‘orang edan’ untuk menjadikan CI bisa bergerak besar dan cepat. Ada kalanya ditambahkan beberapa ‘orang edan’ yang direkrut dari luar ditambah konsultan untuk membuat CI bisa segera ‘ngebut’ menggapai sasaran besarnya. Tentusaja untuk itu dibutuhkan dukungan komitmen termasuk komitmen dana yang memadai.

          Apresiasi

            Dengan ‘mencangkokkan’ prinsip entrepreneurship di dalam korporasi, program pengembangan corporate entrepreneurship melalui pembentukan CI perlu mengakomodasikan beragam model apresiasi khususnya ditujukan bagi tim khusus antara lain melalui insentif saham dan beragam insentif lain. Tentu saja ‘apresiasi terpenting’ bagi tim khusus CI adalah memberikan kelonggaran dan keleluasaan untuk mengeksekusi ide-ide besar yang dihasilkan agar bisa dijalankan.

            Selain kelima langkah untuk mengakselerasi pembentukan CI di atas, tentu saja dibutuhkan suasana harmoni seperti hamparan sawah dengan landscape indah seperti di Ngrajek yang kami gunakan untuk tempat rekaman podcast.

            Di sini Corporate Incubator merupakan hamparan sawah dan ladang atau kolam ikan yang membutuhkan kehadiran tanaman, bunga, ikan dan makhluk hidup yang berkolaborasi dengan alam menjadi sebuah sinergi kehidupan.

            CI bukanlah sawah atau ladang atau kolam yang mati. CI yang hidup adalah CI yang digerakkan oleh corporate entrepreneur yang “hidup” dan ‘hidup’.

            Corporate Entrepreneur-nya punya fisik yang hidup sehat, dan punya inovasi-inovasi yang hidup. Corporate Incubator yang berhasil haruslah berlimpah corporate entrepreneur yang punya inisiasi, kreasi dan inovasi tiada henti.***

            Artikel ini telah tayang di Majalah Manager’s Scope.

            Share This Post

            Leave a Reply

            Your email address will not be published. Required fields are marked *

            You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>